Sunyi
Kuhadiahkan kau setumpuk sejarah yang patah
Hitunglah dan timbanglah
Lalu rangkailah kembali
Dan tahulah kau tentang airmata kami
Sunyi
Dari dinding-dinding yang berlobang itulah kami menyusu
Namun airnya tak lagi membasahi kerongkongan kami
Dahaga tetap dahaga
Manis tinggal hambar
Karena tubuh kering yang tak henti dirajam siang
Dari dinding-dinding yang berlobang itu kami sama menangis
Mengingat nasib yang teriris
Tapi cukup kau tahu, kami bukan mengemis
Rabu, 26 September 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar